• Masyarakat Indonesia Belanjakan Rp.100 Triliun untuk Rokok


    JAKARTA (Pos Kota) – Sungguh mengejutkan. Rokok menjadi pencabut nyawa paling kejam bin sadis. Dalam buku The Tobacco Atlas terbitan WHO (2002), 50 persen perokok menemui ajal akibat rokok, setahun besarannya mencapai 3 juta jiwa. Apabila tren ini tidak berubah maka tahun 2020 meningkat 3 kali lipat menjadi 10 juta jiwa.

    “Selain itu banyak kelebihan dan efek positif dari seseorang yang berhenti merokok,” ungkap Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Prof Dr Ali Ghufron Mukti MSc PhD di Jakarta, Senin (6/8).

    Wamenkes merinci, waktu berhenti 20 menit efek positifnya tekanan darah dan detak jantung kembali normal. Sirkulasi darah lebih terlihat normal. Delapan jam stop hisap rokok, efek positifnya tingkat nikotin dan karbon monoksida dalam darah menurun drastis. Tingkat oksigen di dalam darah kembali normal, peluang terkena serangan jantung menurun.

    Kemudian, 24 jam efek positifnya karbon monoksida hilang dari tubuh. Paru-paru mulai bersih dari lendir dan sisa-sisa zat yang muncul akibat rokok. Dua hari atau 48 jam efek positifnya nikotin hilang dari dalam tubuh, indra perasa dan pencium menjadi lebih baik.

    Lalu, 72 jam efek positifnya pembuluh darah lebih rileks, tingkat energi meningkat, dan lebih mudah bernafas. Dua hari hingga dua minggu (2-12 minggu) efek positifnya sirkulasi seluruh tubuh membaik. Berikutnya, 3-9 bulan efek positifnya fungsi paru-paru meningkat sampai 10 persen, bersin dan masalah pernafasan menurun.

    Untuk jangka lima tahun, efek positifnya risiko serangan jantung menurun sampai setengah dari risiko orang yang merokok. Fase 10 tahun, efek positifnya risiko kanker paru-paru menurun setengah dari risiko perokok, risiko serangan jantung menurun sama dengan orang yang tidak pernah merokok.


    SUGESTI

    Ketua Komnas Pengendalian Tembakau, dr Prijo Sidipratomo menambahkan, ada orang berdalih dengan merokok mampu melepas stres. Menurut Prijo, itu hanya sugesti.

    Jika merasa stres, katanya, bisa dengan berlibur atau mengambil cuti. Bila tidak bisa, kenapa tidak mencari alternatif meredakan stres yang tidak perlu merusak tubuh. Setiap orang pasti mengalami stres, tapi tidak semuanya menceburkan diri ke dalam rokok.

    Mereka yang mampu mengatasi stres tanpa rokok adalah orang yang kuat. Mereka mampu menyembuhkan diri sendiri dari tanpa harus bergantung pada benda negatif yang bisa merusak diri. “Slogan di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat itu benar adanya,” cetus Prijo.

    PEREDARAN MENGERIKAN
    Mantan Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia, Kartono Muhammad menambahkan, peredaran rokok di Indonesia sangat mengerikan. Indonesia menempati urutan ketiga sebagai negara dengan konsumsi rokok terbesar di dunia. Amerika Serikat saja, sudah jauh berkurang jumlah warga yang merokok.

    Dia menyodorkan data jumlah perokok di China sebanyak 390 juta jiwa (29 % dari populasi penduduk). India sebanyak 144 juta perokok (12,5 %) . Indonesia 75 juta (38 %), dengan jumlah konsumsi rokok sebanyak 225 miliar batang per tahun.

    Rusia sebanyak 61 juta (43%) , AS sebanyak 58 juta (19%), Jepang 49 juta (38%). Brasil sebanyak 24 juta (12.5%), Banglades 23,3 juta (23,5%), Jerman 22,3 juta (27%) dan Turki sebanyak 21,5 juta perokok (30,5 %) .

    dr. Kartono juga menyebutkan, Indonesia dinobatkan sebagai negara dengan konsumsi rokok terbesar nomor tiga setelah China dan India. Posisi ini di atas Rusia dan AS. Padahal dari jumlah penduduk, Indonesia berada di posisi ke-4 yakni setelah China, India dan Amerika Serikat.

    Berbeda dengan jumlah perokok Amerika yang cenderung menurun, jumlah perokok Indonesia justru bertambah dalam 9 tahun terakhir. Pertumbuhan rokok Indonesia pada periode 2000-2008 adalah 0,9 persen per tahun.

    Perlu dicatat, tegas Kartono, selama 2000-2003, produksi rokok Indonesia menurun dari 213 miliar batang (2000) menjadi 173 miliar batang (2003) atau turun 18,7 persen.

    Namun, sejak 2004 hingga 2008 pertumbuhan rokok Indonesia sangat besar dari 194 miliar (2004) menjadi 230 miliar batang (2008) atau naik 18,6 persen selama kurun 5 tahun. Jadi selama pemerintah SBY-JK periode 2004-2009, industri rokok tumbuh pesat dengan pertumbuhan rata-rata 4,6 persen per tahun.

    Tidak kurang Rp100 triliun rupiah dana masyarakat dikeluarkan hanya untuk membeli 225 miliar batang rokok.

    Dari pangsa pasar yang begitu besar dan subur di negeri ini, maka perusahaan rokok menjadi sumber bisnis bagi para triliuner yang masuk 40 orang terkaya Indonesia 2009 seperti Budy Hartono (Djarum), Micahel Hartono (Djarum), Putera Sampoerna (Philip Morris / PT HM Sampoerna) dan Rachman Halim (Gudang Garam).
    Previous
    Next Post »

    2 komentar

    Click here for komentar
    8/8/12 3:57 PM ×

    wah duh...ane blm bisa berhenti merokok :D

    Balas
    avatar
    admin
    8/8/12 3:59 PM ×

    @junior sama gan, ane juga belum bisa :D

    Balas
    avatar
    admin

    Komentar yang menyertakan iklan, atau titip link, akan dimasukan ke Folder SPAM.

    Untuk pertanyaan di luar Topik Artikel silahkan kik OOT (apabila dipertanyakan di sini, mohon maaf apabila tidak dibalas). Out Of Topic Show Konversi KodeHide Konversi Kode Show EmoticonHide Emoticon

    Terima kasih sudah berkomentar